Perkenalan Blog

Selamat datang di infomutiaraasli.blogspot.com. Blog ini hanya berisi seputar informasi mutiara Indonesia, khususnya mutiara Lombok. Jangan lupa kunjungi media-media sosial berlogo Exotic Pearl dan web resmi jualan kami di www.exotic-pearl.com

Sabtu, 17 Januari 2015

Foto, Online, Dan Hak Cipta

Gelang rhodium : Salah satu produk best seller Exotic Pearl yang juga mendapat apreciate sebagai mapping product dari Google 


Internet. Begitu cepat dan dinamisnya gerak laku  yang satu ini. Saya saja sampai dibuat terkagum-kagum olehnya. Sayangnya, jika tidak dimanfaatkan dengan bijak, internet bisa menjadi perusak moral manusia. Internet bisa menjadi excuse pembunuhan fisik maupun karakter seseorang. Tidak percaya?

Internet juga bisa membuat seseorang, institusi, atau suatu situs menjadi terkenal. Anda berkoar-koar saja di socmed (social media)  dengan menghina seseorang atau institusi lainnya, maka ya mudahlah menjadi terkenal. Itu kalau Anda menggunakan cara yang menurut saya negatif.

Jika Anda menggunakan cara yang positif, internet akan menjadi sama powerful-nya. Misal, berjualan online. Jika produk Anda berkualitas, aman, dan halal, cobalah untuk memasarkannya secara online. Saya pernah mengikuti sebuah seminar yang dihadiri oleh salah seorang pelaku bisnis furniture. Dari tahun 2005 hingga sekarang, proses marketing/pemasaran yang dilakukan adalah 100% murni via online. Dan suksesnya juga berkat online marketing.

Begitupun saya. Proses marketing saya 98% adalah online. Sisanya paling sering saya hadiri via seminar, workshop, bazar, atau event-event lain. Dalam event-event offline tersebut, pun saya sempatkan untuk membawa product sample sebagai bagian dari presentasi memasarkan produk-produk keceh saya.

Yang menarik adalah ketika saya mengikuti seminar dari salah satu market place terkenal Indonesia. Selesai acara, tak lupa saya abadikan beberapa produk yang saya bawa untuk difoto-foto sejenak di studio milik mereka. Hasilnya memuaskan sekali. Beberapa juga saya upload di media-media sosial milik saya, termasuk di  blog ini (foto gelang rhodium). Dan ketika saya meng-upload foto-foto ini di google, alhamdulillah saya mendapat respon bagus dari google. Khususnya gambar gelang rhodium. Karena memang belum pernah ada gambar produk ini di internet sebelumnya. Google menyukai sesuatu yang unik dan baru. Produk gelang rhodium saya diakui google sebagai mapping bisnis saya.

Resiko pasti ada. Sebenarnya saya sudah menyadari bahwa apapun yang kita upload di media sosial, maka itu akan menjadi milik publik. Entah itu artikel, foto, atau apapun. Salah seorang teman yang juga berjualan online, pernah bercerita kepada saya, kalau salah satu artikel yang pernah ditulisnya pernah diambil oleh plusser lain (istilah pengguna medsos google plus) tanpa meminta ijin ke dia dulu. Memang sih, teman saya ini juga menyadur dari artikel lain, tapi dia selalu menyebutkan sumber artikel. Dan sebagiannya lagi merupakan kreasi tulisannya.

Jangankan dia, artikel-artikel yang sering ditulis suami saya saja, entah berapa kali diambil oleh beberapa situs tanpa meminta ijin suami saya. Meski di situs tersebut menyebut bahwa artikel-artikel yang mereka posting adalah karya suami tercinta  Haha...what a powerful internet is. Saya jadi berpikir bagaimana tentang hak cipta? Bagaimana dengan penghargaan terhadap karya tersebut? Bagaimana tentang meminta ijin kepada yang bersangkutan sebagai sebuah tata krama yang selalu diajarkan oleh orang tua kita ketika kita masih kecil? Tidak adakah attitude di dunia maya? Apakah dumay akan menjadi dunia belantara yang memercayakan bahwa siapa yang memiliki rating tertinggi dialah pemilik karya tersebut?

Di salah satu media sosial Exotic Pearl , yakni instagram, saya pernah juga meng-upload beberapa foto yang saya ambil dari akun instagram salah seorang penjual mutiara. Saat itu saya berpikir, karena gambar-gambar yang dia miliki mirip dengan foto-foto dari supplier saya, jadi saya ambil saja. Di sisi lain, kala itu, supplier saya lama sekali dalam merespon ketika saya minta foto-foto produk baru. Bisa dibalas keesokan hari atau dua hari berikutnya. Fiuuhh....menunggu selama itu, sedangkan berbisnis via online itu dinamis, pergerakannya cepat. Ah, sebenarnya ada rasa mengganjal juga. Itu bukan karakter saya. Mengambil sesuatu tanpa ijin.Atau tanpa menyebutkan sumber. Dan benar adanya. Perasaan mengganjal itu terjawab oleh protesan dari sang pemilik. Hihihi... Saya pun meminta maaf sebesar-besarnya. Karena saya mengira foto-fotonya mirip dengan foto-foto yang biasa diberikan oleh supplier saya. Alhamdulillah case close. Sang pemilik memaafkan. Inilah susahnya jika produk-produk yang dijual kadang sama dari satu sumber (baca supplier). Atau dari beda sumber, tapi foto-foto yang dipakai ternyata narasumber itu memiliki kesamaan.

Kalung Liontin Rhodium : Produk best seller lainnya dari Exotic Pearl. Sampai sekarang masih laku keras. 

Salah serang teman pernah menyarankan, ada baiknya foto ulang jika produk-produk yang dibeli oleh customer, sampai di tangan kita dulu. Penting. Supaya kita juga punya koleksi pribadi. Noted that ma'am!! Atau ada juga menyarankan, baiknya foto-foto kita diberi watermark juga. Ini yang kadang-kadang saya lakukan. Kadang-kadang tidak. Kenapa? Karena masih tetap ada perasaan mengganjal bahwa itu bukan foto produk milik saya, meski supplier sudah memberi ijin, pun jika foto-foto milik supplier diberi watermark brand saya. Tapi ya itu tadi. Kadang-kadang saya beri watermark, kadang-kadang tidak.

Balik lagi ke soal foto-foto saya. Foto gelang rhodium yang mendapat apreciate dari google ini, ternyata sudah meluas kemana-mana. Ujung-ujungnya saya lihat di salah satu display picture (DP) blackberry messenger (BBM), milik salah seorang teman sesama penjual mutiara. Dia sendiri sebenarnya tidak tahu tentang foto tersebut. Sebab, ada salah seorang customernya yang minta untuk dicarikan gelang denga model tersebut. Dan karena fotonya bagus, ya dijadikan DP. Begitulah kata teman saya. Saya ngikik. Ikut senang karena bisa membantu mencari rejeki bagi teman saya ini.

Sebenarnya belum ada rules tertulis tentang hak cipta dan mengambil foto-foto dari internet, baik itu pada sebuah situs maupun media sosial. Ataupun foto-foto yang diberikan oleh customer kepada kita sebagai contoh produk yang mereka beli yang kadang juga berasal dari sumber lain. Saya juga bingung. Sebab, jangankan foto-foto saya ataupun teman-teman yang berjualan online ini, foto-foto produk dari brand yang sudah ternama pun merajalela hingga kemana-mana. Saya mencoba membayangkan betapa legowonya para owner brand-brand besar tersebut. Foto-foto produknya sering diambil oleh kita. Ya kita! Anda dan saya. Dengan nama brand terkenal yang melejit, mereka masih bisa untuk ikhlas. Ikhlas fotonya diambil oleh kita. Dan mungkin saja, ikhlas fotoya diberi watermark oleh brand kecil seperti kita. Saya pun seharusnya demikian. Belajar berusaha menjadi lebih bijak, belajar berusaha menjadi lebih ikhlas. Noted that again ma'am!! Haha....

Jujur saja, dulu, foto-foto perhiasan yang diberikan oleh supplier saya, ada beberapa fotonya yang menurut saya tidak ada nilai estetika sebuah foto. Gelang rhodium itu malah sepertinya tidak akan dilirik oleh customer. Saya mendapatkan foto aslinya dari salah seorang teman. Tapi insting saya mengatakan, produk ini bagus. Karena itulah saya mau untuk stock produk-produk tersebut, termasuk gelang rhodum ini. Dan Alhamdulillah benar adanya. Begitu produk sampai ke tangan saya, secara visual memang bagus. Mertua saya saja hampir membelinya, karena warna maupun penampakan seperti warna emas menurut beliau. Sayang tidak cukup di tangan beliau. Ukuran diameter gelang tersebut sekitar 5.5 cm.

Inilah foto gelang rhodium yang saya dapatkan dari salah seorang teman sebelum saya buat sesi foto ulangnya. 

Saat itulah saya berpikir bagaimana membuat gelang, kalung, maupun cincin, yang saya order akan laris di tangan customer-customer saya. Seminar market place tersebut adalah momen saya. Momen untuk numpang mejeng foto-foto produk. Momen untuk memasarkan produk-produk keceh saya. Momen untuk membuat brand Exotic Pearl semakin terkenal. Bismillah...

Dan saya hening berpikir. "Tenang selly. Selama foto itu memberi manfaat dan berkah untuk orang lain dan juga kita pribadi, nggak ada yang salah. Keep positive thinking. Jadi baiknya diambil hikmahnya saja. No need to ask confirmation. No need to get mad either. Karena nilai jual yang utama adalah pada kita. How we sell those products. Bukan hanya foto semata." Suara hati berbicara.

I don't get mad because of it. I don't get upset because of it. It just a piece of picture. But at least, I can be proud. Sebab, apa yang dicapai oleh saya maupun Exotic Pearl hingga sekarang, ternyata sudah menggema hingga ke beberapa benua lainnya. Kenapa? Sebab, beruntungnya karena memiliki internet, saya bisa mengetahui arus penyebaran produk-produk saya.

Dan saya rasa benar. Foto hanyalah sebuah media perantara cara kita memasarkan produk-produk online. Foto tidak bisa dijadikan sebagai acuan sebuah kesuksesan. Foto hanyalah sebagian dari faktor X tersebut. Tapi kembali lagi ke para sellernya. Mampukah ia meyakinkan Anda para customer? Mampukah seller ini meraih kepercayaan Anda? Mampukah seller ini berhasil memikat hati Anda dan membuat Anda nyaman berbelanja di sana? Semua kembali pada tehnik online marketing masing-masing online shop tersebut.

Kerajinan, Plating, dan Murah Mahalnya Suatu Perhiasan

Salah satu produk handmade pengrajin Lombok yang terkenal. Model lalat selalu menjadi best seller. Ini bisa dibuatkan versi emas 22K maupun perak lapis emas


Beberapa waktu belakangan ini, saya sering sekali mendapat pertanyaan dari beberapa customer:  "Kenapa saya beli gelang rhodium yang itu murah, tapi kok beli gelang peraknya mahal?"

Saya jawab : "Ibu mau perhiasan rhodium yang mahal? Bisa saya carikan kalau deal dengan harganya."

Murah atau mahalnya suatu produk juga tidak bisa dilihat dari sekedar nominal angka. Ada nilai estetika di sana. Ada kualitas mutiara di sana. Dan tentunya ada campur tangan berbagai pengrajin yang berbeda juga. 

Saya tidak bisa bilang bahwa semua bahan rhodium murah. Karena jujur saja, bahan-bahan rhodium termasuk mahal dan langka.

Perhiasannya sendiri merupakan produk China (ada yang bilang dari Hong Kong). Dan bukan handmade. Tidak semua perhiasan berbahan rhodium buatan pengrajin (kecuali jika Anda minta untuk mengecilkan atau membesarkan rangka perhiasannya, itu lain soal. Dan pasti kena ongkos lagi. Ada beberapa pengrajin yang sanggup membesar kecilkan perhiasan Anda, mungkin karena alat-alat yang mereka miliki cukup mumpuni. Sebab, jujur saja, rhodium tidak selunak perak).

Jadi kalau mau beli rangka perhiasannya saja, umumnya para supplier ini harus membeli dalam partai besar dulu untuk mendapatkan harga murah. Ongkos pengrajin, ya hitunglah dengan memplating (krom, sepuh, melapisi, atau apapun sebutan Anda, namanya tetap sama : plating), mengebor lalu memasang mutiaranya, belum lagi membuat semacam rangka berlubang dan tusukan untuk menancapkan mutiara-mutiara tersebut. Ini juga ada hitungan-hitungannya.

Di sisi lain, perhiasan dengan rangka perak, kebanyakan memang buatan pengrajin. Para pengrajin di Lombok banyak sekali yang jago berkreasi dengan bahan perak ini. Namun, ada pula yang menghitung harga perhiasan perak  berdasarkan berat (hitungan gram). Di situ juga ada nilai ongkos pengrajin, nilai ongkos plating, dll.

Jadi tidak bisa dibilang bahwa perhiasan rhodium lebih mahal atau perak lebih mahal. Semua ada hitungan sistematisnya.

Ada kok perhiasan rhodium yang mahal. Ada juga perhiasan perak yang mahal. Begitupun sebaliknya. Ada juga yang murah.

Yang tidak banyak diketahui customer adalah ongkos saat membesarkecilkan perhiasan ini. Saya agak-agak pusing sebenarnya jika ada request perhiasan dengan ukuran kecil. Kenapa? Itu artinya harus dipotong dulu perhiasannya, lalu disepuh kembali agar terlihat rapi dan cantik. Di sini pun sebenarnya ada nilai ongkos. Tapi jika hal tersebut saya rasa sanggup saya bayar dari omzet dan nilai jual perhiasan yang saya jual saat itu, ya saya akan bayar dari lewat keuntungan tersebut (bayangkan jika saya mengambil omzet keuntungan Rp 75rb, lalu dipakai untuk ongkos pengrajin sebesar Rp 30rb. Belum lagi ongkos kirim dari supplier ke saya sebesar Rp 30rb. Dan ongkos transfer dari saya ke supplier sebesar Rp 5rb. Jd total keuntungan yang saya dapat cuma Rp 10rb. Alhamdulillah...tetap disyukuri). Tapi ada beberapa pengrajin khusus "potong perhiasan" (saya tidak tahu apa  istilah namanya haha...), yang memberi harga sebesar Rp 75rb - Rp 100rb untuk jasa mereka. Kalau sudah begini, biasanya saya angkat tangan. Beban akan saya ikut tanggungkan kepada customer, dan akan saya kasi tahu estimasi yang harus mereka bayar jika ingin dikecilkan dengan harga sekian.

Yang agak membuat saya gigit jari adalah ketika saya meminta para customer tersebut untuk mengukur diameter maupun panjang perhiasan yang biasa mereka kenakan. Karena tidak semua customer mau mengukur (mungkin malas cari penggaris). Ada beberapa yang menyerahkan semuanya kepada kami. Kalau sudah begini, biasanya saya dan supplier saling ledek dan tertawa. Daripada ngeledek customer, ya lebih baik kami saling meledek satu sama lain saja. Haha... Jadi, penting sekali untuk tahu ukuran perhiasan yang Anda kenakan. Supaya tidak ada komplain di kemudian hari.

Ukur cincin : Inilah cara sederhana dan simpel cara mengukur diameter cincin. Pada pic ini, diameterr cincinnya adalah 1.7cm
Begitupun pengrajin plating perhiasan. Rata-rata untuk 1 plating perhiasan, mereka menargetkan Rp 100rb - Rp 150rb. Tergantung jenis/model perhiasan yang akan diplating. Mahal? Coba dilihat bahan-bahan yang mereka gunakan. Nggak bisa dibilang murah juga. Anda bisa lihat beberapa video di youtube cara memplating perhiasan. Di beberapa video tersebut Anda akan melihat bahan-bahan apa saja yang dibutuhkan utk memplating perhiasan-perhiasan tersebut. Dari bahan-bahannya saja lumayan banyak dan tidak ada yang murah.

Di Lombok, masing-masing punya bidang kerjanya sendiri. For your information, di sana ada pengrajin khusus plating, ada pengrajin khusus pembuat perhiasan, pengrajin khusus membesarkecilkan perhiasan, dan ada pengrajin khusus membuat tusukan pentul untuk tempat mutiaranya. 

Setiap pengrajin punya job desc yang berbeda. Kenapa? Karena tidak mudah mengerjakan semuanya. Ya, semuanya! Kelihatannya sepele. Tapi sebenarnya rumit. Dibutuhkan tingkat fokus dan konsentrasi yang tinggi.

Ada salah seorang pengrajin yang dulunya pengrajin khusus mengukir perhiasan. Namun sekarang berpindah profesi menjadi pengrajin khusus plating. Menurutnya lebih gampang. Tingkat stresnya tidak sebanyak mengukir-ukir perhiasan, dan tidak banyak membutuhkan jiwa seni yang tinggi. Dengan kondisinya yang sudah berumah tangga dan memiliki 2 anak yang masih kecil-kecil, rasanya menjadi pengrajin plating perhiasan jauh lebih aman untuk dirinya hehe...

Selasa, 13 Januari 2015

Maulid dan Dulang-dulangan

Warga Selong makan bersama ”dulang-dulangan” usai zikir memeringati Maulid 12 Rabiul Awal Nabi 1436 Hijriyah atau bertepatan dengan 3 Januari 2015.


Perayaan Maulid bukan lah monopoli umat Islam. Di Lombok, Nusa Tenggara Barat, misalnya. Peristiwa hari kelahiran nabi Muhammad SAW itu juga menjadi kegembiraan penganut agama lain. Mereka turut merayakan sekadar untuk berbagi kebahagiaan dengan saudaranya, sekaligus merawat kebersamaan dalam keberagaman.

Di Ampenan, Kota Mataram, masyarakat merayakan dengan menggelar aneka lomba layaknya 17 Agustusan seperti panjat pinang. Nonmuslim pun ikut berpartisipasi. Bukan soal hadiahnya, melainkan spirit merawat kebersamaan dalam keberagamaan tadi.

Lain halnya dengan masyarakat Selong. Di ibu kota Lombok Timur ini ada tradisi ’’Dulang-dulangan’’ alias saling menyuapi. Mirip tradisi dulang-dulangan pengantin baru dalam tradisi masyarakat Jawa. Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk menjalin silaturahim sekaligus menambah keakraban di antara anggota masyarakat. Menariknya, penganut agama lain turut menyumbang untuk meramaikan tradisi ini. Sebaliknya, mereka mendapat bingkisan makanan yang diantarkan ke rumahnya.

Warga Desa Rempung, Kecamatan Pringgasela, Lombok Timur, punya tradisi berbeda lagi. Mereka berkumpul memadati pusat desa dan menggelar pawai Kembuli. Kembuli berasal dari kata ’’Kembul’’ (berkumpul bersama-sama) dan ’’Li’’ (Kembali). Jadi, filosofinya, warga bisa bergembira ria bisa berkumpul kembali setelah lama tidak berkumpul.

Pawai Kembuli menampilkan beberapa miniatur yang identik dengan Islam. Ada masjid, Alquran raksasa, Musala dan sebagainya. Miniatur tersebut dihiasi beberapa lembar uang hasil tanam dan jajanan tradisional khas warga setempat, lalu diarak dengan cara dipikul ke setiap ruas jalan di desa. Warga sesekali meletakkan aneka jajan ke dalam miniatur ketika arakan berlangsung.

Aneka jenis perayaan maulid nabi di Lombok mengajarkan pentingnya kebersamaan dalam keberagaman sekaligus turut berbagi kebahagiaan, tanpa masuk ke wilayah iman dan akidah. Ketika sudah masuk ke wilayah ibadah seperti membaca Alquran, salawat, istighotsah dan ceramah sekitar akhlak Nabi yang perlu diteladani, tentu penganut agama lain tidak ikut di dalamnya. Di sinilah batas toleransi itu.

Maulid dirayakan di Indonesia setiap 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah atau jatuh pada 3 Januari 2015 pada penanggalan Masehi. Maulid merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Masyarakat Muslim di Indonesia umumnya menyambut Maulid Nabi dengan mengadakan perayaan-perayaan keagamaan seperti pembacaan salawat nabi, zikir, pembacaan syair Barzanji dan pengajian. Ini ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi terakhir ini.

Meski Nabi Muhammad tidak pernah merayakan Maulid dan tidak ada hadis sahih yang secara tekstual menganjurkan Maulid, para ulama fuqaha dan ahli hadis dari berbagai mazhab tetap menganggap baik dan menganjurkan perayaan Maulid Nabi SAW.

Bagi umat Islam, maulid Nabi Muhammad tidak hanya berhenti pada perayaan, melainkan berusaha meneladani keagungan akhlaknya dan melanjutkan misinya. Nabi Muhammad diutus untuk semua manusia, yang mempunyai misi memberikan rahmat bagi semesta alam, memberikan kedamaian dan keamanan bagi seluruh manusia. 

Written by : Ariyanto ( husband of the owner Exotic Pearl )

Uniknya Lombok

Salah satu Pura yang berada di kawasan Cakranegara

Ingin melihat Bali dan Lombok dalam satu waktu sekaligus? Datang saja ke Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Di pulau yang terletak di antara Pulau Bali dan Pulau Sumbawa ini kita bisa melihat Bali. Ya, kita bisa melihat Pulau Dewata itu dari Lombok. Tapi tidak sebaliknya, bisa melihat Lombok dari Bali.

Di Lombok kita bisa menemukan kampung-kampung Bali, dengan bangunan-bangunan khas layaknya di Bali. Lengkap dengan segala ornamen khasnya. Mulai bentuk pekarangan, tembok penyengker, hingga bentuk rumah. Dalam keseharian, masyarakatnya juga menggunakan bahasa Bali, bahasa ibu layaknya di Bali. Kampung-kampung Bali ini ditandai banyaknya pura, tempat peribadatan umat Hindu, agama mayoritas masyarakat Bali.

Di Kota Mataram, ibu kota NTB, kampung Bali terdapat di tiga kecamatan: Cakranegara, Mataram, dan Ampenan. Di Cakranegara (orang Lombok biasa menyebut Cakre), hampir semua wilayah terdapat nama ’’Karang’’ di depan nama pemukiman itu. Sebut saja Karang Blumbang, Karang Batuaye, Karang Sampalan, Karang Jasi dan beberapa nama lainnya. Di sini penghuninya etnis Bali. Di sana-sini berdiri pura-pura besar. Maklum, Cakre pusat ibu kota kerajaan Karangasem-Lombok.

Di Kecamatan Mataram, hampir semua wilayah di Kampung Bali juga menggunakan nama ’’Karang’’ di depan nama pemukiman. Di antaranya, Karang Terune, Karang Medain, Karang Baru, Pagesangan, Monjok, Cemara, Gubug Batu, dan Pajang. Sebagaimana di Cakre, di sini juga banyak berdiri pura. Begitu pula Kampung Bali di Kecamatan Ampenan, banyak menggunakan nama Karang dan berdiri pura-pura besar.

Pura Meru adalah Pura terbesar dan salah satu yang tertua di Lombok. Pura ini simbol alam semesta dan penghormatan terhadap tiga dewa utama agama Hindu: Brahma, Syiwa dan Wishnu. Meru juga mewakili 3 gunung: Gunung Agung Bali, Gunung Rinjani dan Gunung Semeru. Uniknya keberadaan Pura Meru ini bersebelahan dengan masjid dan gereja, yang juga sama-sama besar. Para pemeluknya hidup berdampingan, rukun, dan mengembangkan budaya toleransi dan perdamaian.

Menyusuri tiga kecamatan ini membuat saya serasa di Bali. Tak ubahnya ketika menyusuri jalan-jalan di Kabupaten Badung, Bangli, Buleleng, Gianyar, Jembrana, Karangasem, Klungkung, Tabanan, dan Kota Denpasar yang banyak berdiri pura di sepanjang jalan.

Kesan berada di Bali juga saya rasakan hingga di Lombok Barat. Di antaranya ketika di Lamper, Tambang Eleh, Jagaraga, Adeng, Suranadi, Narmada, Lendang Bajur, Pemuun, dan Karang Bayan. Bahkan, saya juga menjumpai sebuah pura besar bernama Lingsar yang juga bersebelahan dengan dua masjid besar di depan dan kirinya layaknya di Pura Meru. Bangunan ini berada di areal sama, yaitu Desa Lingsar, Kecamatan Lingsar. Di sini pemeluknya juga hidup berdampingan, rukun, serta mengembangkan budaya toleransi dan perdamaian.

Dari penelusuran saya, beberapa kampung di Tanjung dan Pemenang Lombok Utara dan beberapa dusun di Pelangan Lombok Selatan, termasuk di Sengkongo, dan Gerung, juga berdiri pura dan bale banjar yang menandakan pemukiman Bali.

Begitu pula ketika masuk pemukiman di sekitar Pura Lingsar Kelod yang juga disebut Karang Kubu Keling, Lombok Tengah. Kesan ’’berada di Bali’’ itu masih terasa, meski sudah sedikit berkurang.

Namun, ketika saya masuk Lombok Timur, ’’kesan Bali’’ itu tidak tampak. Saya justru serasa berada di Timur Tengah. Sebab, di ujung timur Pulau Lombok ini banyak berdiri masjid megah berarsitektur Timur Tengah. Ada puluhan masjid yang saya jumpai.

Untuk pura hanya ada satu buah. Lokasinya di halaman Mapolres Lombok Timur. Berdasarkan informasi yang saya peroleh, pura itu dibangun belakangan karena ada sejumlah warga Selong beragama Hindu. Sebagaimana di wilayah lain, di Selong ini antarpemeluk agama juga hidup berdampingan, rukun, serta mengembangkan budaya toleransi dan perdamaian.

Keberadaan warga Bali di Lombok terjadi dalam tiga gelombang. Pertama, sebelum Kerajaan Karangasem berdiri di Lombok. Sebelum Kerajaan Karangasem Bali berkuasa, Kerajaan Gelgel Klungkung pernah mengutus Dhanghyang Dwijendra datang ke Lombok. Di daerah ini, Dhanghyang yang di Bali dikenal dengan sebutan Pedanda Sakti Wau Rauh banyak membangun tempat suci seperti Pura Suranadi dan Pura Batu Bolong.

Kedua, ketika Kerajaan Karangasem berkuasa di Lombok mulai sekitar 1720. Sebelum dipersatukan Kerajaan Singasari Lombok (Karangasem Lombok), terdapat sejumlah kerajaan kecil seperti Kerajaan Pagesangan, Kerajaan Sengkongo, Pagutan, Mataram Lombok, dan Kediri. Pada masa itu, warga Bali, khususnya warga Karangasem berbondong-bondong datang ke Lombok. Ada yang ngiring sesuhunannya raja yang berkuasa saat itu, ada juga yang ikut keluarga masing-masing.

Ketiga, era kemerdekaan. Saat ini keberadaan warga Bali di Lombok tak lagi berhubungan dengan kerajaan. Tapi, berhubungan dengan tugas sebagai PNS, TNI/Polri, termasuk wiraswasta. Merasa nyaman tinggal di Lombok, mereka akhirnya menetap dan menjadi warga Bali Lombok. Ada yang menghuni pemukiman baru, namun ada pula yang membuat kampung-kampung baru dengan cara ngapling tanah bersama di daerah-daerah tertentu.

Itu saja nuansa Bali yang bisa dilihat? Tentu tidak. Masih banyak dijumpai ’’Bali-Bali’’ lainnya. Di antaranya, di Lombok bisa melihat Ubud. Ya, melihat Ubud dengan persawahan model terasering yang khas itu. Orang Sasak menyebutnya terasan. Nuansa Ubud paling terasa di Kecamatan Sikur, Lombok Timur. Khususnya ketika menyusuri desa-desa yang terletak di kaki Gunung Rinjani seperti Desa Tetebatu, Desa Jeruk Manis, dan Desa Kembang Kuning. Serasa benar-benar di Ubud. Ya, ini lah ’’Ubud’’-nya Lombok. Hawanya sejuk di sini.

Itu saja? Tentu tidak. Di Lombok juga ada Pantai Kuta. Lokasinya di Desa Kuta, Lombok Tengah. Di sini pasirnya putih lembut, seperti bubuk merica halus, sehingga pantai ini juga dinamakan dengan Pantai Merica.

Itu saja? Tentu tidak. Lalu, apa lagi? Enak saja dikasih tahu. Datang sendiri dong ke Lombok untuk mencari tahu hehehe….


written by : Ariyanto (husbnad of owner Exotic Pearl )

Senin, 05 Januari 2015

Akar Bahar, Tumbuhan Ataukah Hewan Laut?



Kita tentu pernah mendengar nama akar bahar. Dengan empat ragam warnanya yakni hitam, putih, kelabu, dan coklat, akar bahar sering dikenal sebagai golongan tumbuhan. Padahal anggapan tersebut salah. 

Memang jika dilihat dari nama populernya maupun dari bentuknya yang bercabang-cabang seperti pohon, masyarakat awam cenderung menganggapnya termasuk dalam kategori tumbuhan laut. Dalam bahasa inggris, akar bahar dikenal dengan nama the black corals , sebenarnya masuk dalam golongan hewan laut, yang kekerabatannya erat dengan kelompok binatang karang

Dalam sistematika hewan, akar bahar masuk dalam filum coelenterata (binatang berongga), kelas anthozoa, anak kelas hexacoralia, dan bangsa antipatharia. Selain the black corals, akar bahar juga dikenal dengan nama bahasa inggris lain yakni, the thorny corals, sebab warnanya yang cenderung hitam dan dibangun oleh komponen yang mirip zat tanduk atau keratin.

Di alam, akar bahar mempunyai koloni yang berupa pohon. Hal ini juga terlihat pada kelompok gorgonacea dan blood corals. Koloni ini menempel kuat pada substrat yang keras seperti batu atau karang mati. Sebetulnya koloni akar bahar itu dibangun oleh beribu-ribu binatang yang hidup membentuk koloni dan mempunyai koordinasi yang kompleks

Yang lazim dikenal sebagai gelang bahar adalah jenis-jenis Euantipathes. Biasanya terdapat di daerah tubir dari terumbu karang antara kedalaman lima sampai sepuluh meter. Zat tanduk dari bagian sumbu ini dibangun oleh komponen keratin, gorgonin, dan sedikit bromine serta jodine. Sifat fisik dari keratin adalah lebih elastis dibandingkan gorgonin. Gorgonin adalah sejenis zat tanduk yang dibentuk oleh kelompok gorgonacea. 



Akar bahar memang memiliki keunikan tersendiri, mulai dari sejarah hingga karakter daur hidupnya, sehingga nyaris hewan ini dikenal secara awam sebagai jenis tanaman laut. 

Selain sebagai perhiasan, secara ilmiah, khasiat akar bahar dapat mengurangi bahkan membunuh racun yang masuk dalam ruangan atau di sekitar kita, jika kita menggunakan aksesoris atau gelang dari akar bahar. 

Dan menariknya lagi, menurut salah seorang pengrajin Exotic Pearl , jika gelang ini dipakai terus-menerus akan semakin cerah dan bersinar. Wow!!